Kamis, 21 April 2011

Tertawalah................

tertawalah aku suka melihatnya, lekukan indah bibirmu, putihnya gigimu, senyummu, matamu yang mengecil ketika kau tertawa aku suka semuanya.
Hey… biasa saja kalau melihatku,  jangan penuh tanda tanya begitu, aku tak suka.
jam 11.45 malam, kunyalakan rokok terakhirku malam ini. seorang laki-laki turun dari mobil sedan warna biru kesukaanku. semoga malam ini ada pria butuh cinta dariku. besok hutang diwarung dan biaya sekolah adikku sudah menunggu. dan lelaki itu…….. dirimukah… ? ya… itu kau…Babah
Babah,,,, hei.. tertawalah… , masih ingat aku kan… ?
ya dulu kita memang satu sekolah, aku ingat dulu bagaimana semua teman-temanmu menghinaku ketika kubilang aku cinta padamu, kamu ingat kan..? aku tidak menangis karena mereka menghinaku, aku tertawa malah, kenapa…? karena itulah saat paling bahagia bagiku, akhirnya aku punya keberanian bilang cinta padamu, walaupun resiko kehinaan harus kuterima. “Orang miskin koq ngomong cinta”, mereka sewot. tapi aku cuek saja dan tak perduli apa kata mereka, bagiku cinta harus diucapkan jangan dipendam. terserah bagaimana orang ataupun dirimu menanggapinya, toh aku pun tak perduli kau terima atau tidak, yang penting bagiku sudah kukatakan aku cinta padamu. Kau pun tertawa waktu itu, dan menganggap cuma candaanku saja, aku tidak marah, bahagia malah. kau dengarkan aku berkata  . “Babah, Aku Cinta Padamu”,
rokokku habis. akhirnya laki-laki itu menghampiriku. ya…. itu Babah, cintaku disekolah, aku lihat matanya. masih indah…, sama seperti dulu
Babah, aku ingat dulu hari ulang tahunmu, aku cuma bisa memberiku Bolu Kukus Merah Jambu, yang sering dijual ibuku dipasar belakang, kubuat cantik bolu itu dengan pita warna merah jambu, lucu ya… aku ingat kau terima Bolu itu sambil cekikan dan kau buang bolu itu ketempat sampah. aku tidak sedih kan Babah, ya aku tertawa, kenapa..? kau buang bolu itu setelah kau terima. aku suka Babah, kau terima lalu kau buang.
“selamat malam, rayuku. “Apa kau butuh cinta, atau kehangatan yang bisa kuberikan malam ini”.
“tidak”
“Butuh ditemani ngobrol…?”
“tidak”
“atau hal lain”
“ya”
“temani aku, aku ingin duduk dibangku yang itu”.
sebuah bangku taman dari terbuat kayu bertiang besi. aku ingat suatu sore kita pernah duduk dibangku itu, waktu itu kau tidak punya teman ngobrol, dan  kau mengajakku duduk-duduk disitu. satu jam, dua jam, tiga jam. hampir  4 jam duduk disitu, dan kau tidak bicara sepatah katapun, aku tenang memandang langit sore dan menemanimu. aku suka berlama-lama menemanimu, kau tahu kenapa Babah. sekali lagi karena Aku Cinta Padamu.
“Apa kau punya rokok?, rokokku habis”.  Redup lampu taman malam ini, aku tak bisa jelas melihat wajahmu Babah.
“tidak”
“Aku kedinginan”.
Babah membuka jaketnya, memakaikannya dibahuku, hangat terasa, akh… merasa seperti dipeluk dengan penuh cinta dan kehangatan. hangat… hangat sekali.
“terima kasih”
Sunyi, diam, angin malam semilir…satu jam, dua jam, masih diam…. Tiba-tiba
“Ina”
“Yaa”
Babah diam lagi, kulihat dia menunduk. lalu mendongak kearahku
“ada apa…?”
Babah memelukku, dia menangis, akh cengeng juga Baba kalau menangiss. aku tersenyum. kutanya lagi “kenapa..?”. Babah masih menangis, dan memelukku erat sekali. aku jadi sudah bernapas. aku diamkan saja dan biarkan Babah menangis. pelan sekali Babah berbisik ditelingaku.
“Inaa, berhentilah begini, please. aku cinta padamu”. beberapa hari ini aku mencarimu, kemana-mana tapi tidak ketemu, aku kepasar tempat jualan ibumu, tapi sudah ditempati orang lain, mereka yang dipasar bilang kalau kau disini, sudah beberapa malam ini aku melihatmu dari kejauhan.” Baba menangis lagi. “berhentilah Ina, kita mulai hidup baru..!”. Baba melepaskan pelukannya. kutarik napas.
Aku tersenyum saja dengar Babah ngomong begitu
“terima kasih, Babah, apa kau tahu, yang teman-temanmu bilang itu benar, orang miskin tidak boleh ngomong cinta, cinta cuma milik orang-orang yang punya banyak waktu untuk memikirkan, mengungkapkan, menyatakan dan merasakan. bukan orang seperti aku, aku sudah sangat bahagia bisa ngomong cinta padamu. aku tak memintamu untuk menjadi miliku atau sebaliknya. terima kasih untuk tawaranmu Babah”, aku tersenyum lagi.
kucium lembut kening Babah, kulepaskan jaket dari pundakku, kupakaikan lagi ke Babah, duduk bisu, diam. aku beranjak.
“Babah, aku cinta dan tetap cinta padamu, maaf Babah, “AKU TAK PUNYA AIR MATA”. senyumku sambil pergi.
Jika nanti kau melihatku disini
tertawalah jangan sedih
aku tak suka kesedihan
aku tak punya banyak waktu untuk sedih
sekali lagi, Aku tak Punya Air Mata
tertawalah
1299263790804988033

Tidak ada komentar:

Posting Komentar